NASI KUNING MUNA CUNG PASAR PATHUK YOGYAKARTA


Nasi kuningnya sudah melegenda, entah sejak kapan dia buka jualan nasi Kuning itu.

Pelanggannya banyak dan dari berbagai lapisan, termasuk dijual juga lewat Go food dan lainnya.

Nasi kuning Muna Cung terletak di komplek Pasar Pathuk Yogyakarta. Sebuah Pasar yang terletak tepatnya di jalan Bhayangkara Yogyakarta.

Kalau Anda lewat Jalan Malioboro maka setelah Ramai Supermarket belok ke kanan terus (ke arah Barat) maka sampailah Anda di lokasi penjual nasi kuning Muna Cung.

Nasi kuning itu terdiri dari Nasi, Perkedel dari Kentang, Abon Sapi, Telur dadar yang dirajang-rajang, Empal Sapi.

Khusus nasi kuning yang memakai Empal Sapi tentu harganya lebih mahal dibanding yang standard.

Pada musim liburan Desember 2024 ini antriannya semakin panjang saja, bahkan pembeli juga bisa makan di tempat sekalipun tempat duduknya juga tidak memadai dari sisi kesehatan dan  keamanan. Sebab tentu hempasan debu jalanan dan kendaraan yang lalu-lalang bisa membahayakan orang-orang yang duduk makan.  Sebab memang bukan peruntukannya.  Saya yakin itu hanya sementara saja, sebab dari dulu penjualannya memang Take Away, bukan dimakan di lokasi.

Bertanya soal nyawa

 Orang mati biasa disebut sebagai orang yang kehilangan nyawa.

Padahal nyawa yang hilang itu belum pernah dilihat oleh orang sekalipun.

Jadi kalau boleh dikatakan bahwa, hilangnya nyawa laksana hilangnya barang yang tidak pernah kita lihat sekalipun.

Memang orang hidup sering dikatakan orang bernyawa, dan orang mati disebut sebagai kehilangan nyawa.

Lalu adakah sesuatu yang hilang ketika orang sudah mati?

Sekian terima kasih

Apakah masih suka membaca?

Menulis blog itu selain mengasah kita berpikir dan mengungkapkan ide melalui tulisan, ternyata bisa juga dijadikan sebagai sarana melepas stress.  Terlepas dari itu semua apakah kita msih suka membaca?  kebiasaan membaca ini jarang dimiliki oleh orang Indonesia. Menurut UNESCO tahun 2023 pernah mengatakan bahwa "minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan yakni hanya 0,001%. Hal ini berarti, dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca."

Apalagi tawaran-tawaran diluar membaca sekarang semakin banyak, seperti misalnya bermain game, melihat video online, mendengarkan musik online, traveling dan sebagainya. Semua nya itu tidak salah dan baik-baik saja sepanjang dilakukan dengan seimbang.  Tetapi melihat fakta bahwa anak bangsa ini hanya 1 orang yang suka membaca diantara 1000 orang, sungguh menyedihkan dan memprihatinkan.  Bagaimana kiranya hal itu dapat menyongsong Indonesia Emas yang digembar-gemborkan tahun 2045 mendatang?  Apakah itu bukan mimpi saja? Apalagi akhir-akhir ini Harian Kompas merilis berita dimana banyak orang-orang pandai yang pernah mengikuti Olimpiade Sains banyak tinggal/pindah ke Singapura yang menawarkan fasilitas lebih baik bagi mereka. Apakah tidak semakin miris keadaannya?

Apa yang bisa kita lakukan saat ini? Apakah menimbulkan minat baca bagi anak anak remaja masih bisa dilakukan? Saya sendiri menggemari membaca semenjak masih kecil.  Saya tidak tahu apakah itu terjadi karena ibu saya seorang guru, entahlah?  tetapi seingat saya, ibu selalu mendampingi saya menghadapi buku-buku berlatih membaca yang sederhana. Sesederhana menulis huruf A, B, C dan angka-angka.  Sesederhana mengeja suku-suku kata dan sebagainya.

Apalagi jika melihat realitas dihadapan kita tentang rumah tangga baru yang kedua orang tuanya bekerja diluar seharian, bagaimana mereka mampu mendampingi anak-anak mereka bahkan sekedar membaca bersama?  Semoga ini bisa menyadarkan kita semua, terutama bagi mereka yang belum menikah.

Sampai sekarang kegemaran membaca saya tak pernah pudar. Ini sebuah kenyataan yang saya alami sendiri, sehingga saya mampu menceritakan kepada generasi di bawah saya. Perlu diketahui bahwa saya generasi X kelahiran tahun 67.

Semoga bermanfaat