Bagi saya pribadi agama adalah sebuah alat/tool yang
menghantar manusia kepada pertemuan dengan Tuhan sang pencipta langit dan bumi.
Ketika kita tidak bertemu dengan Tuhan dalam agama yang kita anut, maka
seringkali kita meninggalkan agama tersebut dengan alasan: kami tidak menemukan
kedamaian disana, hidup kami tidak mendapatkan ketenangan. Hal tersebut bukan terjadi sebagai akibat
tidak adanya Tuhan. Ketika kita tidak bertemu dengan Tuhan, bisa saja kita yang
sedang “buta” sehingga tidak melihat dan merasakan keberadaanNya.
Agama meski berkorelasi secara horisontal dengan sesama
manusia, namun ia harus dan pasti berkorelasi erat dengan Allah. Ketika
berkorelasi dengan Allah maka tatarannya bukan sekedar lokasi di muka bumi
tetapi tentu dengan “suatu tempat” yang dinamakan kekekalan. Agama harus berkeorelasi dengan keselamatan
umat manusia setelah ia menghabiskan usianya di muka bumi ini. Dan yang lebih
pasti adalah bagaimana “nasib” manusia setelah meninggal, tepatnya bagaimana
“nasib” roh manusia di alam kekekalan. Apakah pasti selamat dan nyaman jika
sudah beragama dengan “baik”
Oleh karena itu ketika orang beragama hanya memaknai agama
sebatas : KETENANGAN, KENYAMANAN, KEAMANAN, BERKAT, SEJAHTERA dan
kawan-kawannya maka ketika hal-hal tersebut di atas “menghilang” kita bisa saja
mempertanyakan Tuhan. Sebab Tuhan kita
identifikasikan sebagai ketenangan, kenyamanan, berkat, kesejahteraan dan
sebagainya.
Yang jelas Agama bukanlah Allah, itu pasti. Bahkan Allah
bisa mengatur manusia tanpa harus melalui Agama, jka memang diperlukan. Tetapi
manusia kini menjadikan seolah-olah agama adalah Tuhannya, segala sesuatu demi
agama. Padahal Allahlah yang seharusnya ditemui setelah mengenal agama. Ibarat
saklar lampu listrik maka tanpa listrik itu sendiri si lampu tidak bakal
menyala. Tetapi tanpa saklar, listrik bisa saja langsung menyalakan lampu,
begitulah analogi sederhananya.
Allahlah yang seharusnya menguasai penuh diri kita yang
mengaku sebagai orang beragama. Tentu penguasaan Allah ini terjadi melalui
FirmanNya yang sudah dituliskan kedalam kitab suci masing-masing. Tetapi boro
boro memahami, membaca Kitab Suci pun belum tentu dilakukan oleh pemeluk agama.
Membaca , memahami, menularkan kepada orang lain. Bukan sekedar menghapal tanpa
mengetahui maknanya, kalau Cuma hapal tetapi tanpa dilakukan ya sama saja tidak
akan mengubah karakter hidup kita apalagi kok menyelamatkan kita. Agama
dipahami bukan sekedar dihapalkan, karena agama tidak ditujukan menghasilkan
generasi yang hanya hapal tetapi tidak pernah menunaikan FirmanNya.
Mari beragama dengan benar sesuai tujuan diciptakannya agama
buat umat manusia, menjadikannya semakin memahami Allah, semakin mengerti
kehendakNya, semakin mencintai Dia, dan akhirnya semakin mempunyai relasi yang
baik dengan Allah pun juga dengan sesama manusia.
Foto ilustrasi dari Google
Foto ilustrasi dari Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar