Kebetulan saya senang membaca sejak dari kecil. Memang pada
usia 5 tahun saya membaca lancar surat kabar meskipun pemahaman maknanya tidak
sampai. Saya membaca papan papan
reklame, waktu saya kecil reklame Rinso sudah ada dan saya senang
sekali membaca tulisan Rinso berwarna kuning diatas kardus berdasar warna hijau
tua.
Sampai sekarang pun saya suka membaca, memang perkembangan
hal-hal yang disukai sangat bervariatif. Ada kalanya saya menyukai buku buku
pengembangan diri, kali lain saya menyukai buku-buku spiritualitas, saya juga
membaca beberapa novel khusus yang ini saya tidak terlalu banyak koleksi. Saya suka membaca buku buku tentang
pemasaran, biografi tokoh tokoh terkenal, buku buku motivasi dan psikologi juga
saya senangi
Tetapi semenjak berkembang internet maka ada banyak buku
yang diterbitkan secara elektronik. Pandangan saya sebagai penggemar buku
sangat positif sih tetapi ada beberapa hal yang membuat saya masih enggan move
on dari buku konvensional yang dicetak di atas kertas.
Yang pertama adalah soal kebiasaan saya menggaris garis
hal-hal penting, pemahaman baru yang saya terima dari buku tersebut,
catatan-catatan kecil untuk menghubungkan dengan hal lain. Sekalipun ini bisa
dilakukan juga di dalam buku elektronik tetapi saya masih belum nyaman
melakukannya. Seperti tidak sebebas melakukan coret mencoret di buku konvensional.
Atau barangkali karena saya seorang generasi X yang digital migran?
Hal kedua adalah, menurut saya membaca buku itu adalah
sebuah ungkapan emosional yang didorong dengan keingintahuan yang besar
sehingga memandang buku tersebut akan memberitahu apa yang kita perlukan. Dia
bukan lagi benda mati tetapi menjadi “hidup” karena bersahabat dengan pikiran
kita. Persahabatan itu tidak menarik ketika kita tidak bisa mengungkapkan
“kasih” kita dengan jalan memberinya cover dari mika bening, menyentuh hard
covernya, menyentuh permukaan cover yang kadang dicetak dengan huruf atau
gambar timbul, meraba halaman-halaman nya, menggenggamnya erat ketika kita
sedang membawanya seolah sebuah benda yang sangat berharga, memberinya selipan
atau bookmark yang menarik di saat kita belum selesai membaca nya hingga
tuntas, kadang mencium aroma tinta cetak nya yang khas/bau kertasnya. Barangkali hal-hal yang saya ungkapkan begitu
aneh, tetapi bisa jadi ada yang punya pemahaman seperti saya.
Hal ketiga adalah sebuah kebanggaan ketika kita memajang
buku di rak buku, dengan melihat sepintas judul yang tercetak di punggungnya
maka kita akan teringat pada isi buku tersebut. Sangat memotivasi secara
visual.
Namun jika dengan buku elektronik maka hal hal yang bersifat
fisik seperti meraba, menggenggam, membuka halaman dsb tidak bisa kita rasakan.
Tidak ada kesan emosional saat kita hendak membacanya. Misalnya : kita melihat
bookmark masih di posisi sepertiga buka maka memberi dorongan dan semangat
kepada kita untuk membaca lebih giat lagi supaya semua bisa terbaca.
Dengan menggunakan buku elektronik kita hanya mengenal
menyentuh/menggeser saja. Buku elektronik cocok dibawa untuk menemani sebuah
perjalanan panjang. Misalnya saja naik pesawat 2 jam atau lebih, naik kereta
api 2 jam lebih. Sebab saat perjalanan jauh kita akan membawa bagasi yang
ringkas dan ringan maka buku elektronik sangat cocok dalam hal ini.
Semua ada plus minusnya, tergantung apa tujuan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar