Selamat menyambut 2018

Bacaan perenungan : Lukas 2:22-40

Dalam perikop ini sepertinya ada 3 tokoh sentral yang ditampilkan, masing-masing seperti berada di kutub yang berlawanan. Disatu sisi adalah Simeon yang dijelaskan sebagai seorang yang benar dan saleh, tidak akan mati sebelum melihat Mesias. Lalu orang menyimpulkan bahwa tentu Simeon orang yang lanjut usianya. Selain itu ada juga Hana seorang janda berusia 84 tahun yang tidak pernah meninggalkan Bait Allah, siang malam beribadah dan berpuasa. Kemudian di sisi lain adalah Yesus, bayi berusia 8 hari. Seorang manusia yang sangat muda dibawa ke Bait Suci untuk dikuduskan sesuai dengan Hukum Tuhan. Dua generasi yang dipertemukan didalam bait Allah dengan sangat sangat cantik, lihatlah pada 2:28 “Ia menyambut Anak itu dan menatangNya sambal memuji Allah”

Lebih jauh perenungan saya menjelang pergantian tahun ini adalah pada dua sosok yang terlihat unik sebab yang satu akan mengakhiri kehidupannya sedangkan Yesus akan memulai karyaNya. Mereka masing masing datang kepada Allah di BaitNya. Refleksi saya untuk tahun yang akan datang adalah sangat sangat baik kita tetap datang kepada Allah. Baik kita hendak mengawali tahun 2018 ataupun kita sedang mengakhiri tahun 2017. Kita harus tetap datang kepadaNya sebagai Allah sang pencipta, yang Awal dan yang Akhir. Seperti Simeon bertemu dengan Yesus, ada suatu titik dimana pertemuan yang indah itu akan terjadi ketika kita menyambutnya dihadapan Allah. Apakah saat ini kita mengakhiri tahun yang sekaligus mengawalinya, ada bersama sama dengan Allah?

Sama seperti Yesus ketika hendak memulai karyaNya ia pun mempersembahkan persembahan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Taurat. Sepasang tekukur atau sepasang merpati. Kitapun dalam mengawali tahun 2018 jangan pernah datang tanpa persembahan terbaik kita. Persembahan yang tulus setulus simbol Merpati. Mempersembahkan hati kita secara utuh kepada Tuhan. Dalam pelayanan mempersembahkan waktu waktu terbaik bagi Tuhan.

Simeon melihat masa depan Yesus dengan sangat jujur dan jernih, apa yang baik dikatakannya baik dan  apa yang menjadi kontroversipun ia katakan sebagai kontroversi. ( kontroversi lihat pada 2:34 ). Menatap masa depan atau tepatnya tahun mendatang harus tetap optimis sekalipun kita juga tidak mengabaikan adanya tantangan tantangan yang harus kita hadapi. Simeon mengatakan nubuatnya secara spesifik kepada Maria : ”Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan”


Kesetiaan Hana menjadi perenungan selanjutnya, yaitu seorang janda tidak mempunyai anak yang setia selalu berada di bait Allah. Tahun tahun tidak akan menjauhkan kita dengan persekutuan kepada Allah. Meskipun tahun terus berlalu, kesetiaan Hana menjadi teladan kita. Pengharapannya selalu ada, terbukti dari ia beribadah dan berpuasa. Bukan itu saja tetapi rasa syukurnya dinaikkan juga dengan menceritakan tentang Yesus kepada semua orang. Meskipun sudah lanjut tetapi tidak berhenti menceritakan kabar sukacita, kabar kelepasan untuk Yerusalem

Lagi-lagi soal Selamat Natal

Sebenarnya bosan saya mendengar adanya berita mengenai pro kontra “Ucapan Selamat Natal”. Bagi saya sebagai umat Kristen mereka yang memunculkan itu seperti hendak menyeret pengikut pengikut Kristus dalam sebuah konflik yang sebenarnya tidak pernah ada. Urusan mengucapkan selamat Natal sebenarnya adalah urusan yang tidak perlu diblow up.  Bagi orang Kristen mengucapkan selamat tidaklah sama dengan mengubah iman kepercayaan, itu intinya. Mengenai orang diluar Kristen yang mau mengucapkan selamat Natal tentu kami terima dengan senang hati. Namun bila dirasa “tidak mantap” atau ragu karena sebuah aturan keagamaan, tidak mengucapkan pun kami juga memahami. Toh tidak mengucapkanpun tidak akan mengubah relasi apapun antar sesama umat manusia. Namun jika dengan tidak mengucapkan itu adalah sebagai upaya memecah belah sebuah bangsa, ini yang sesungguhnya patut diwaspadai.


Yesus Kristus bahkan secara lebih tegas mengatakan kepada para murid murid soal memberi salam ini dengan sangat tegas, dapat kita lihat didalam Matius 10 :12 – 13 “ Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu”
Jadi kita tidak akan kehilangan “salam” kita meskipun orang itu tidak menerima salam kita. Jika salam itu adalah suatu berkat yang kita ucapkan untuk mereka maka Berkat itu tidak akan tercecer, namun tetap akan kembali kepada kita. Kita tidak akan kehilangan berkat itu.
Mengenai salam ini untuk siapa, beberapa ayat berikut akan membantu kita memahami kepada siapakah salam itu diberikan :

1.       Kepada Saudara yang lain ( 1 Sam 17:22 ),
2.       Oleh hamba kepada Tuan ( Kejadian 47:7 )
3.       Oleh pemimpin kepada bawahannya ( 1 Sam 30:21 )
4.       Kepada penghuni rumah ( Matius 10:12 )

Bahkan ketika malaikat menjumpai Maria, ia pun mengucapkan salam sebagaimana tertulis didalam Lukas 1:28 “ketika malaikat itu masuk ke rumah maria, ia berkata:” Salam hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau”

Jika demikian maka sebagai pengikut Kristus kita tetap harus mengucapkan salam untuk sesama ciptaan Tuhan. Tidak ada peraturan yang melarang kita untuk mengucapkan salam kepada sesama ciptaan. Bahkan sangat jelas malaikatpun mengucapkan salam untuk Maria. Lantas siapakah kita ini?