Kebaikan Daud untuk Mefiboset

 Hari ini saya belajar tentang Mefiboset, anak dari Yonathan.   Ketika itu tiba-tiba saja Daud menanyakan tentang apakah masih ada sanak saudara Saul yang masih hidup karena ia ingin menolongnya.  lalu Ziba seorang hambanya memberitahukan bahwa ada anak Yonathan yang masih hidup namun cacat kakinya. Lalu Daud menyuruh agar Mefiboset menghadap dan kepadanya diberikan atau dikembalikan tanah-tanah yang pernah dirampas oleh Daud pada masa lalu.  Dan uniknya Mefiboset boleh makan bersama di dalam istana dengan Daud.

Dari kisah ini saya belajar betapa kebaikan hati itu tidak bisa disembunyikan, sekalipun Daud sudah tidak lagi bisa bertemu dengan Yonathan tetapi kebaikan Daud tetap dilakukannya kepada anaknya/keturunan Yonathan. Daud tidak mendendam atas perlakuan Saul yang sudah menindasnya pada zaman dahulu.

Kesetiaan Daud terhadap janji-janji yang pernah diucapkannya kepada Yonathan benar benar dia tunaikan sekalipun kepada anaknya.  Artinya apa yang kita tanam tentu akan bertumbuh didalam hidup kita. Kebaikan yang kita tanam akan menghasilkan buah kebaikan juga di dalam hidup kita.  Sekalipun bukan kita yang akan menuainya. Mungkin anak atau keturunan kita kelak.

Pembaca lebih lanjut bisa membaca kisah ini di 2 Samuel 9

Mefiboset


Allah membunuh Uza

 Pertama kali saya membaca ini perasaan saya agak aneh sebab mengapa Allah membinasakan Uza? Mari kita lihat di dalam 2 Samuel 6:6-7 yang demikian :" Ketika mereka sampai di tempat pengirikan nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir. Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu"

Jika kita mengamati maka Uza menghadapi dilema pada saat itu, ada dua pilihan antara membiarkan tabut Allah terjatuh atau menahannya sehingga ia harus menyentuh tabut Allah. Karena memang tak seorangpun diperkenankan menyentuhnya, hukumannya adalah kematian.

Bukankah dalam kehidupan manusia seringkali juga menghadapi hal-hal yang sulit dimana kita harus memilih antara hal yang sepertinya menjunjung tinggi firman Tuhan dan hal hal yang mentaati firman Tuhan. Demikianlah yang dihadapi Uza.

Namun satu yang patut kita pikirkan bersama, yaitu bahwa TUHAN menginginkan ketaatan kita sebagai umat-Nya. Apapun yang terjadi maka ketaatan adalah hal utama yang selalu dikehendaki oleh-Nya. Dalam setiap hal seremeh apapun jadikanlah ketaatan kepada Allah sebagai pertimbangan utama hidup kita.

Tentu kita perlu punya hubungan pribadi yang baik kepada Allah supaya kita benar-benar memahami Allah melalui firmanNya, dan taat kepada-Nya tanpa harus keliru mengambil langkah.

Selamat merenung,