Kisah sukacita dalam sebungkus Lunpia

 *Sukacita dalam sepotong lunpia*


Suatu hari teman saya menelepon menceritakan kepada saya tentang hal unik yang baru saja dia alami.  Saat ini saya ingin menceritakan kembali kepada kita sekalian sebab kisah ini memberi kepada saya perspektif yang indah dan memotivasi bagi perjalanan hidup kita sehari-hari.


Kisah ini terjadi di Semarang, teman saya adalah seorang Semarang asli.  Namun sekarang sudah bermukim di Jogja, di suatu hari dia kembali ke Semarang untuk sesuatu pekerjaan.  hari Jumat dia sudah me WA sebuah produsen Lunpia yang terkenal, dia memesan 5 besek masing masing berisi 5 Lunpia, namun lalu diubah menjadi 6 besek Lunia masing-masing berisi 5 buah Lunpia, jadi keseluruhan ada 30 lunpia.


Singkat kata. hari  Sabtu pagi jam 09.10 dia mengambil pesanan Lunpianya di Toko Lunpia M.  Sementara saat memesan dia memesan di rumahnya.  Ternyata yang terjadi adalah si penerima pesanan lupa tidak menyampaikan kepada pihak Toko, sehingga pesanan teman saya ini tidak diproses.  Karyawan Toko justru marah kepada karyawan di rumah karena lupa tidak menyampaikan order.  Beruntungnya di Toko ada 50 buah lunpia pesanan orang lain yang belum diambil, sementara  bisa diambilkan dari sana. Maka diambilnya lah 30 Lunpia basah dari stok pesanan orang   yang belum diambil.   Sesaat teman saya menunggu, datanglah seorang ibu dan anaknya yang masih di dalam mobil.  Ibu ini ingin membeli 3 buah Lunpia, tetapi dengan tegas si penjual menolaknya dengan alasan bahwa semua stok sudah dipesan orang.  Kemudian si ibu ini menghiba sambil mengatakan:”kalau ngga boleh beli 3, ya sudah beli 2 saja pak. Ini anak saya yang sekolah di Papua pengen makan Lunpia”.  mendengar itu teman saya tergerak untuk memberikan satu besek Lunpianya yang berisi 5 buah.  Dan si ibu membayar nya.  Bukan soal berapa rupiahnya tetapi ada hal unik yang dialami teman saya ini, dia menambah pesanan satu bungkus itu ternyata sudah Tuhan siapkan untuk si ibu ini Tuhan menyediakan melalui orang lain lagi.. 


Kadang untuk menolong seseorang memang diperlukan momen yang tepat, dan saya juga yakin bahwa momen tersebut sudah disediakan oleh Tuhan, tinggal apakah kita punya kepekaan atau tidak.  Teman saya sudah memilih perilaku yang terbaik dalam ber relasi dengan sesama. Ia sebenarnya bisa memilih diam saja tatkala si ibu ingin membeli Lunpia tersebut, masa bodoh aja toh bukan urusan dirinya, untuk apa harus direspon, kenalpun juga tidak.  Akhirnya si ibu sangat berterima kasih dengan menundukkan kepala nya dia mengucapkan terimakasih dan berdoa dan berharap bahwa teman saya diberikan kesehatan dan keselamatan.   Bukankah ini suatu kejadian yang menarik? Membuat orang yang kita temui memuliakan Tuhannya.  


Saya tidak tahu apa yang terjadi setelah teman saya meninggalkan tempat tersebut. Apakah si pemesan Lunpia yang 50 buah segera datang dan marah-marah.  Saya tak begitu jelas.