Benarkah kita umat beragama ?


Bagi saya pribadi agama adalah sebuah alat/tool yang menghantar manusia kepada pertemuan dengan Tuhan sang pencipta langit dan bumi. Ketika kita tidak bertemu dengan Tuhan dalam agama yang kita anut, maka seringkali kita meninggalkan agama tersebut dengan alasan: kami tidak menemukan kedamaian disana, hidup kami tidak mendapatkan ketenangan.  Hal tersebut bukan terjadi sebagai akibat tidak adanya Tuhan. Ketika kita tidak bertemu dengan Tuhan, bisa saja kita yang sedang “buta” sehingga tidak melihat dan merasakan keberadaanNya. 

Agama meski berkorelasi secara horisontal dengan sesama manusia, namun ia harus dan pasti berkorelasi erat dengan Allah. Ketika berkorelasi dengan Allah maka tatarannya bukan sekedar lokasi di muka bumi tetapi tentu dengan “suatu tempat” yang dinamakan kekekalan.  Agama harus berkeorelasi dengan keselamatan umat manusia setelah ia menghabiskan usianya di muka bumi ini. Dan yang lebih pasti adalah bagaimana “nasib” manusia setelah meninggal, tepatnya bagaimana “nasib” roh manusia di alam kekekalan. Apakah pasti selamat dan nyaman jika sudah beragama dengan “baik”

Oleh karena itu ketika orang beragama hanya memaknai agama sebatas : KETENANGAN, KENYAMANAN, KEAMANAN, BERKAT, SEJAHTERA dan kawan-kawannya maka ketika hal-hal tersebut di atas “menghilang” kita bisa saja mempertanyakan Tuhan.  Sebab Tuhan kita identifikasikan sebagai ketenangan, kenyamanan, berkat, kesejahteraan dan sebagainya.

Yang jelas Agama bukanlah Allah, itu pasti. Bahkan Allah bisa mengatur manusia tanpa harus melalui Agama, jka memang diperlukan. Tetapi manusia kini menjadikan seolah-olah agama adalah Tuhannya, segala sesuatu demi agama. Padahal Allahlah yang seharusnya ditemui setelah mengenal agama. Ibarat saklar lampu listrik maka tanpa listrik itu sendiri si lampu tidak bakal menyala. Tetapi tanpa saklar, listrik bisa saja langsung menyalakan lampu, begitulah analogi sederhananya.

Allahlah yang seharusnya menguasai penuh diri kita yang mengaku sebagai orang beragama. Tentu penguasaan Allah ini terjadi melalui FirmanNya yang sudah dituliskan kedalam kitab suci masing-masing. Tetapi boro boro memahami, membaca Kitab Suci pun belum tentu dilakukan oleh pemeluk agama. Membaca , memahami, menularkan kepada orang lain. Bukan sekedar menghapal tanpa mengetahui maknanya, kalau Cuma hapal tetapi tanpa dilakukan ya sama saja tidak akan mengubah karakter hidup kita apalagi kok menyelamatkan kita. Agama dipahami bukan sekedar dihapalkan, karena agama tidak ditujukan menghasilkan generasi yang hanya hapal tetapi tidak pernah menunaikan FirmanNya.

Mari beragama dengan benar sesuai tujuan diciptakannya agama buat umat manusia, menjadikannya semakin memahami Allah, semakin mengerti kehendakNya, semakin mencintai Dia, dan akhirnya semakin mempunyai relasi yang baik dengan Allah pun juga dengan sesama manusia.

Foto ilustrasi dari Google