Pengamen jalanan

Belakangan ini saya sering melihat adanya pengamen berkelompok semacam grup musik yang mangkal di perempatan perempatan besar. Memang keberadaan pengamen dengan grup musik besar ini agak kabur dengan konotasi seniman. Saya juga ngga tahu menggolongkannya apakah mereka termasuk setara dengan pengemis atau setara dengan penghibur layaknya selebriti di televisi.  Namun ketika keberadaan mereka mengganggu lalu lintas misalnya, maka itu layak mendapat perhatian dari pemerintah. Disaat macet macet nya jalan, jika mereka memakan bahu jalan maka harus ditindak. Namun yang membuat saya bosan adalah ketika mereka mangkal disebuah perempatan jalan, dekat dengan saya tinggal, sehari saja saya bisa berhenti di perempatan itu sekurang kurangnya enam kali, dan merekapun juga meminta minta enam kali. Lantas apakah itu tidak membosankan? Saya akan memberi ketika hati saya merasa ingin memberi saja, entah itu karena rasa iba saya, ataukah karena mood saya sedang baik. Tanpa melihat apakah mereka pengamen atau pengemis. Bagaimana dengan Anda?

Mahasiswa kok mengemis ?

Jika kebetulan lewat di jalan Sudirman Jogja, perempatan korem terkenalnya demikian. Saya sering melihat anak anak mengemis, penjual koran dan mahasiswa yang berlaku selayaknya pengemis. Mengapa demikian? Dengan berjaket almamater mereka membawa kardus demi mencari sumbangan misalnya saja :gempa, banjir, aktivitas tertentu lainnya yang memerlukan dana. memang tidak salah namun secara etika nampaknya agak aneh karena seorang calon intelektual masih melakukan mengemis dengan cara tradisional. Saya justru lebih menghargai penjual koran yang ada disana karena dia tidak mengemis tetapi menjajakan dagangannya.  Sebaiknya mahasiswa berpikir dahulu sebelum melakukannya, pakailah cara cara kreatif yang bisa mengasah intelektualitas kalian guna mendapatkan uang, bukan meminta belas kasihan dengan cara demikian.

Tawaran Kasih Allah didalam Yesus Kristus

Renungan Kristiani



 Pernahkah Anda makan di resto siap saji yang menjual Pizza, setiap kali saya makan disana pada saat waitress melihat bahwa piring piring kami sudah kosong maka dia akan menawarkan apakah ada tambahan menu untuk kami pesan lagi?  Padahal sudah barang tentu kami cukup kenyang dengan makanan yang baru saja habis disantap.  Namun itulah tugasnya untuk meningkatkan penjualan, siapa tahu juga kita memesan untuk oleh oleh bagi yang ada dirumah.  Demikian juga dengan minimarket 24 jam yang menjamur di pelosok negeri ini, kasir selalu menanyakan kepada saya saat saya membayar belanjaan.  “ (hanya beli) Ini saja pak?”, maksudnya adakah pembelian lain yang terlupa sebelum meninggalkan kasir.  Semua dilakukan oleh penjual untuk menambah omset atau nilai penjualannya. 
Semua ditawarkan karena kita sudah terlebih dahulu membeli kepadanya. Tetapi Yesus Kristus menawarkan keselamatan atas jiwa kita bukan karena kebaikan kita, bukan karena kita sudah melakukan sesuatu kepada Allah. Bahkan kita masih ada dalam kondisi berdosa.  Begitu besar kasihNya kepada dunia ini. “ Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal ( Yohanes 3:16 )

Tugu Jogja dan grafiti

Foto ini saya ambil tanggal 4 Juni 2013, masalah grafiti atau corat coret di tempat umum nampaknya di Jogja sudah biasa. Sampai sampai di dekat Tugu Jogja, tepatnya di bekas toko Buku Gunung Agung pun sempat di corat coret, sangat menyedihkan karena di Jogja terkenal dengan Kota Pelajarnya, namun justru di dekat Tugu yang menjadi kebanggan bersama milik rakyat Jogja justru terdapat hal hal yang mengurangi keindahannya.  Semoga Dinas terkait segera mengatasinya dan yang terpenting adalah menegakkan hukum yang ada.

Tugu Jogja dan sepasang sepatu

Di awal bulan Juni 2013 ini saya melihat ada sepatu warna hijau stabilo tergantung di kabel yang melintang dekat dengan Tugu Jogja.  Sebagai sebuah kebanggaan masyarakat Jogja, saya merasa risih melihat hal ini.  Selain mengurangi keindahan tentu saja juga norak, apalagi warna nya yang mencolok.  Sebagian orang tidak memperhatikan hal tersebut, tetapi alangkah indahnya jika Tugu yang sudah direnovasi dengan indah, lingkungannya pun juga dijaga keindahan dan kebersihannya.  Semoga Dinas terkait segera membersihkannya.

Tentang Tujuan Hidup Manusia



Setiap manusia harus mempunyai tujuan hidup.  Baru baru ini di Yogyakarta dalam seminggu terjadi dua kali orang yang bunuh diri, tentu mereka mengalami permasalahan yang berat sehingga hidupnya tidak mampu menanggung permasalahan itu.  Akhirnya orang tersebut mengakhiri jalan hidupnya dengan caranya sendiri yaitu bunuh diri.
Bagaimana seseorang dapat mengenal tujuan hidupnya? Seumpama kepada kita diberikan sebuah benda yang sebelumnya tidak pernah kita lihat atau jumpai, kemudia kita diminta untuk menentukan fungsi alat tersebut untuk apa? Maka kita pasti tidak bisa menentukan manfaat atau fungsi alat tersebut.  Baru kemudian jika pencipta alat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa ternyata alat tersebut digunakan untuk bla bla bla.  Sama juga dengan manusia untuk mengetahui tujuan hidupnya maka dia harus bertanya kepada Penciptanya, karena hanya Tuhan sang pencipta manusia yang tahu tujuan manusia itu diciptakan.  Memang banyak manusia yang berusaha mencari tahu melalui berbagai cara agar mengetahui jalan hidupnya namun usaha itu akan sia sia. Manusia tidak akan pernah tahu tujuan hidupnya karena hanya Tuhan yang tahu. :
Akhirnya pertanyaan penting bagi kita bukanlah “Apakah yang akan kita capai?” tetapi “Apa yang ingin Tuhan capai melalui hidup kita?”

Hikmat Tuhan, benarkah itu ?

Semalam saya masih merenungkan masalah tanggal dimana saya jatuh sehingga mengakibatkan tulang Klavikula saya patah. Setidaknya dua orang memberi masukan kepada saya agar menelisik mengapa saya sampai jatuh disana? Tentu untuk menelisik diperlukan rasa atau hati. Sebab tidak mungkin bagi saya bertindak macam detektif mencari tahu kesana kemari, lagian mesti mencari tahu kepada siapa?  Harilepas hari setidaknya sudah terlampaui sebanyak 96 hari saat saya memposting tulisan ini. Meski tidak secara aktif mencari tahu namun dalam hati saya mempergumulkannya.  Dalam doa doa saya selalu bertanya kepada Tuhan, “Apakah makna dari kejatuhan saya Tuhan”, tentunya ini akan dianggap aneh oleh sebagian orang, karena untuk apa mencari tahu tentang hal hal yang sudah lewat, ambil saja hikmahnya yaitu harus berhati-hati, Memang sebagian nasihat itu benar namun karena saya yang mengalaminya sendiri maka tentu dalam hati saya selalu dirundung rasa ingin tahu yang berlebihan.  Seorang teman bahkan mengatakan bahwa saya barangkali “menabrak” sesuatu mahluk tak nampak mata sehingga membuat mahluk itu tersinggung lalu menjatuhkan saya. Entahlah.
Namun kemarin malam saya mendapat hikmat Tuhan dari dalam pemikiran dan pemahaman saya.  Ketika semalam sekitar jam 01.30 saya terbangun saya mendapat pemahaman bahwa saya harus memperhatikan orang tua saya.  Entahlah saya setangah percaya dan tidak.  Saya ingat waktu saya jatu adalah tanggal 22 bulan 2, jika ditari kebelakang atau semua angka dikurangi satu maka akan muncul angka tangal 21 bulan 1 dan itulah tanggal dimana Ibu saya dipanggil oleh Tuhan.  Memang sudah sekian lama saya tidak nyekar. Ah tetapi saya masih mempergumulkannya, karena apakah Tuhan se tega itu mengingatkan saya sampai saya harus jatuh dan mengalami patah tulang?  Ibu saya meninggal dan jenazahnya dikremasikan, abunya saya larung ke Parangkusumo.  Beberapa bulan semenjak berpulangnya saya selalu datang ke Parangtritis untuk sekedar menabur bunga tanpa memanjatkan doa, hanya mengenang segala kebaikannya dan meneruskan apa yang sudah menjadi semangat kebaikan ibu saya. ( dalam agama kami, Kristen tidak ada mendoakan bagi arwah karena kami percaya urusan setelah kehidupan adalah hak sepenuhnya Tuhan semesta alam. Kami menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan )
Sampai sekarang saya masih terus bertanya kepada Tuhan, benarkah itu suara Tuhan yang memberi hikmat kepada saya?

Bisnis Bimbingan Belajar, ujung ujungnya...... duit juga

Sabtu pagi 26 Mei 2013 anak saya mendapat undangan untuk mengikuti try out kenaikan kelas dari kelas 5 ke kelas 6 oleh sebuah bimbingan belajar yang berkantor di Jl. C Simanjuntak Jogja. Ada dua tujuan yang hendak dicapai bimbingan belajar itu, yang pertama anak bisa mengetahui kemampuannya setelah mengerjakan 85 soal yang disajikan. Kedua, saat anak anak mengerjakan soal maka orang tua diberi presentasi sederhana tentang layanan bimbingan belajar tersebut serta gambaran mengenai NEM yang menjadi syarat agar bisa diterima di SMP negeri favorit di Kota Jogja. Karena anak saya belum terbiasa memakai pensil 2B dan cara bagaimana menghitamkan dengan baik, ditambah memang tanpa persiapan, Maka tentu saja hasilnya buruk.
Nampaknya ini merupakan cara pemasaran yang cukup efektif, mengapa demikian? Karena jika hasil yang diperoleh dalam try out kurang memuaskan tentu anak anak akan merasa tidak siap menghadapi kenaikan kelas 5. Jika anak anak merasa tidak siap maka tentu ia akan meminta orang tuanya untuk mengikutkan dirinya kepada bimbingan belajar tersebut.  Dari sisi orang tua yang sudah diberi presentasi tentu juga akan mempertimbangkan untuk mendaftarkan anaknya ke bimbingan belajar tersebut. Apalagi bimbingan yang diberikan di awal kelas 6 lebih menjamin seorang siswa agar dapat belajar lebih baik untuk meraih keinginannya masuk ke sekolah negeri favorit. Ditambah lagi bonus bonus dan cash back besar. Ini sudah memakai cara pemasaran modern yaitu : memberikan tenggat waktu Bonus. Jika dibayar lunas maka Bonus diberikan tetapi jika diangsur hanya akan diberi sebagian bonus saja. Kemudian cash back besar juga merupakan iming iming yang menggoda bagi orang tua siswa.
Rupa rupanya bimbingan belajar masih menjadi sebuah bisnis yang bagus di Jogjakarta.  Entah orientasinya murni memberikan bantuan pendidikan atau memang ber orientasi bisnis semata. Hasil prestasi siswa yang dinilai berdasarkan nilai semata membuat para siswa berlomba lomba meraih nilai tinggi. Apalagi SMP favorit juga mensyaratkan range nilai tertentu bagi yang akan masuk ke sana.  Saya berpikir jika SMP favorit sudah mensyaratkan NEM tertentu maka sudah barang tentu nanti hasilnya atau lulusannya akan baik karena inputnya sudah berupa siswa siswa yang punya kepandaian.  Celakanya ada juga SMP tempat "berkumpulnya" siswa siswa dengan NEM yang buruk dan barangkali hanya sedikit saja siswa dengan NEM bagus yang "tersesat" kesana.  Ini tentu membuat siswa semakin terkotak kotak.  Ada kelompok NEM bagus dan ada kelompok NEM jelek. Menurut saya adalah bagaimana mengembangkan semangat berbagi untuk sesama siswa pada saat mereka ada dibangku sekolah. Bagi siswa yang merasa bisa belajar lebih baik maka dia menjadi mentor bagi siswa siswa lain yang kurang baik dalam pemahaman pelajaran.  Jika ini mulai dikembangkan sedari SD, maka tentu semangat kebersamaan dan persaingan yang sehat dapat terwujud. Si mentor tentu akan belajar dengan lebih baik karena juga takut dikalahkan oleh temannya.

Sumber foto : harianjogja(dot)com

Kotbah dan mewarnai



Saya pernah mengikuti kebaktian di GKI Ngupasan, pengkotbahnya adalah Pdt. Tabita K Christiani. Saya melihat sosoknya kreatif, mengapa saya katakan demikian. Sebab setiap beliau berkotbah selalu menyediakan kertas gambar dan pensil warna/spidol untuk anak anak yang ikut beribadah didalam Gereja.  Saat kotbah akan dimulai, beliau mengumumkan bahwa adik adik kecil diminta keluar dari gedung gereja sambil mengambil kertas gambar dan pewarna.  Mereka diberi tugas mewarnai sampai kotbah selesai.  Setelah selesai maka anak anak diperbolehkan masuk kembali dengan menunjukkan hasil mewarnai didepan mimbar kepada jemaat, bagus bagus semua demikian komentar beliau.  Saya tahu bahwa sebenarnya ini adalah upaya agar anak anak tidak mengganggu didalam Gereja. Tetapi juga memberi tempat ber ekspresi untuk anak anak, sehingga anak anakpun merasa diperhatikan kebutuhannya.  Selamat Bu Pendeta, Anda sangat kreatif, terbukti belum ada pendeta yang seperti ibu, setidaknya yang sudah saya lihat.


Sumber gambar : www.victoriaeducationcenter.com

Beli bensin nggak bisa membuka jok




Suatu sore saya menjumpai seorang pengendara vario hendak membeli bensin eceran satu liter.  Tetapi ketika hendak membuka tempat bensinnya ia tak mengetahui caranya. Si penjual bensin pun kelimpungan memanggil anaknya agar membantu, tetapi lagi lagi tak bisa dibuka. Tempat bensin terletak dibawah jok dan mereka tidak mengetahui bagaimana membuka jok vario tersebut. Saya menduga bahwa Vario itu pasti dapet minjem orang, sehingga ketika bensinnya habis dia kelabakan.  Kebetulan saya ada didekat mereka, karena penasaran saya pun mendekat untuk melihat kesulitannya seperti apa, siap tahu bisa membantu.  Ternyata ada tombol bertuliskan “SEAT”, saya coba menekannya dan terbukalah jok Vario tersebut. Senanglah mereka. Ternyata masih banyak yang harus belajar bahasa Inggris yah...

Sumber foto : ridertua.com