Didi kempot
Saya sudah lama mengenal nama Didi Kempot namun baru
belakangan ini saya menyimak lagu lagunya, terutama setelah berkolaborasi
dengan Ring of Firenya alm. Djaduk. Ternyata lagu lagunya enak juga saat
disajikan dalam format Jazz. Terakhir
saya melihat lewat Youtube saat melantunkan tembang Angin Malioboro yang juga
ditampilkan dalam Versi KUA Etnika nya alm. Djaduk saat Ngayogjazz beberapa
saat yang lalu. Didi ini memang berdarah seni dari ayahnya Ranto Edi Gudel
pemain ketoprak yang sudah kondang kaonang di Solo Raya.
Melihat sepak terjangnya di dunia perngamenan tentu kalau
hanya menyanyi di atas panggung baginya bukan sebuah hambatan. Yang lebih keras
dari panggung pun sudah pernah ia santap. Bagaimana kerasnya jalanan ibu Kota
sudah menjadi sarapannya setiap hari tatkala masih ebrjuang di Trotoar.
Lagu-lagu Didi kempot ini suitable dengan market di pulau Jawa,
meskipun saya yakin banyak orang di luar Jawapun mencintai lagunya. Iramanya
sungguh enak di dengar, kata-katanya sederhana merupakan cerminan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Sungguh luar biasa bahwa yang sederhana itu dmaknai
dengan luar biasa dengan menyemat gelar The Godfather of Broken Heart sesuai
dengan tema-tema lagunya yang melow dan berkutat soal patah hati. Patah hati
yang pasti menjadi konsumsi wajib bagi anak-anak muda, tak mengenal jaman
apapun. Zaman saya masih muda sampai zaman milenial yang namanya patah hati
selalu saja ada. Tema inilah yang dipilih kemudian diterjemahkan dalam lirik
lirik yang menawan.
Penggemarnya bervariasi antara wanita dan pria, pun juga
bervariasi dari segi usia. Yang nantinya bakal menjadi fans setia adalah
generasi X dan diatasnya. Zaman bapak-bapak saya irama campursari juga sudah
digemari. Sampai sekarang bahasa Jawa pun tetap dipertahankan sebagai bahasa
lagunya Didi Kempot.
Sukses selalu, terus berkarya sambil menggerus hati
anak-anak muda dengan broken heartnya
lagu-lagu topnya : Cidro, Angin Malioboro, Pamer Bojo, Banyu Langit, Layang kangen