Tuhan yang Maha Kejam dan Penghukum ?

Sering kita mengucap "Tuhan yang Maha kasih dan Maha Penyayang"
Namun sering juga kita tidak menampilkan sifat Tuhan itu.
Lalu sifat siapa kah yang kita tampilkan dalam hidup kita?
Ketika kita kejam
Ketika kita teriak .."Bakar, bakar, bakar !"
Ketika kita berseru "Bunuh..bunuh bunuh"

Apakah itu menunjukkan Tuhan yang kita sembah ?
Yang katanya Maha Pengasih
yang katanya Maha penyayang

Saya berpikir, sesungguhnya kalian tak pernah mengalami "Tuhan yang Maha Kasih" itu sebenarnya kayak apa?
Tuhan yang Maha Kasih itu seperti apa?

Itu yang kita hadapi sesungguhnya
Sehingga ketika kita diminta untuk menampilkan sifat "keMaha Kasih an" Tuhan kita menjadi bingung.  Sebab kasih-Nya tak pernah benar benar kita rasakan.

Mengapa kita tak pernah merasakan Kasih-Nya?
Sebab kita tak pernah ber relasi, bergaul dengan Tuhan.

Tuhan hanya sebuah konsep, kita hanya memuja konsep tanpa pernah ber relasi, bergaul akrab dengan-Nya.

Maka bisa jadi kita hanya melihat sifat Allah yang suka membalaskan kesalahan kita, suka menghukum kita, suka kejam kepada kita.

Apakah memang demikian?
Kita menyembah Tuhan yang kejam?

Jika memang tidak, mengapa kita suka berlaku kejam terhadap sesama?

Mmebunuh, menggantung, memukul itu seperti jargon yang sangat umum terjadi.

Maka jika demikian sesungguhnya "Tuhan Maha kejam dengan segala kedendamanNya?"

Spirtualitas milenial ?

Membaca buku-buku tentang perkembangan pemikiran manusia, biasanya akan sampai juga pada pembagian Generasi yang sangat populer didengung-dengungkan kira kira 5 - 10 tahun terakhir ini.

Saya berpikir bahwa pembagian Generasi ini tidaklah merupakan sebuah pembagian dengan garis yang tegas, tetapi hanya untuk memudahkan kita para orang tua, para pendidik untuk melakukan pendekatan terhadap masing-masing generasi.

Misalnya saja para guru yang mengalami berbagai murid dari generasi yang berbeda, tentu merasakan kesulitan jika mendidiknya dengan pendekatan yang sama.

Demikian juga dalam hal spiritualitas.  Entah apapun agamanya, tetapi generasinya mengalami pertumbuhan dan juga masuk didalam pembagian generasi seperti yang kita alami sekarang.

Mungkin saja model model Kotbah konvensional yang disampaikan satu arah sudah tidak afdol untuk generasi milenial ( gen. Y ) apalagi untuk generasi Z.

Mereka memakai Gadget sebagai bagian dari hidupnya, ibarat tidrupun mereka memeluk smartphone.  Maka penggunaan media media online sangat tepat untuk membina spiritualitas mereka.

Mendekatkan era nabi-nabi kepada era modern ini tidak mudah. Jangan memaksakan copy paste zaman lalu ke zaman sekarang. Sudah pasti tidak ditanggapi. Kecuali kita melakukan brain washing model teroris. Padahal spiritualitas adalah bagaimana kita ber relasi kepada Allah, bukan dengan cuci otak yang tak tahu apakah itu kebenaran atau bukan.

Diperlukan pengkajian seksama para pemuka agama untuk melakukan pendekatan sesuai dengan zamannya, jika memang kita menginginkan generasi yang mencintai Tuhannya.


Menjadi rendah hati

Tanpa terasa hari Natal segera tiba, ummat Kristiani merayakannya setiap tanggal 25 Desember.
Natal tahun ini tentu berbeda karena ditengah-tengah panasnya suhu politik di Indonesia, ummat Kristen sedang menghayati kelahiran Yesus Kristus yang penuh kasih.

Lahir di sebuah kandang domba berbalutkan kain lampin, dengan tempat makan domba sebagai alasnya, demikian sering digambarkan di dalam drama-drama natal.

Alkitab mencatat bahwa Yesus adalah putra Maria, yang melalui perantaraan Rohul Qudus dapat mengandung bayi Yesus.

Kerendahan hati Bunda Maria yang diuji oleh Allah sungguh menunjukkan betapa kita pun diharapkan mempunyai karakter rendah hati, menerima apa yang sudah ditetapkan Allah.

Kerendahan hati Yesus Kristus sebagai putra Allah yang rela masuk kedalam dunia orang mati untuk menebus dosa dunia. Mengalami kematian fisik untuk kemudian mengalahkannya. Mendatangi maut untuk kemudian merebutnya bagi kita.

Ya bagi kita dan bagi seluruh dunia

Injil Lukas mencatat:

Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat. 

( Lukas 5:32 )

Tension Release Exercises ( TRE ) - bagian ke 2

Ini adalah tulisan kedua saya tentang TRE atau Tension Release Exercises.
Sebuah ilmu baru yang membuat saya sangat-sangat kepo dan skeptis.
Saya mengikuti seminarnya di Hotel Ibis Style Yogyakarta pada bulan Juli 2018.
Keesokan harinya saya langsung ikut Workshopnya yang dipandu langsung oleh Bp. Gobind Vashdev


Dalam tulisan-tulisan di Instagramnya ada banyak manfaat TRE, antaranya merelease emosi-emosi kita tanpa perlu kita melakukan konsultasi atau sharing.



Sungguh sebuah ilmu baru yang sangat cocok untuk mereka yang sibuk, sehingga apa yang dilakukan cukup dengan menjalankan "senam TRE" ( shaking ) secara mandiri maka emosi-emosi negatif terlepas.



Saat mengikuti workshopnya, kami para peserta diminta mengisi formulir yang intinya menanyakan apa yang diharapkan dari Anda mengikuti workshop ini?



Workshop diawali dengan games ringan untuk mengakrabkan kita, serta perkenalan antar sesama peserta workshop.



Lalu dilanjutkan dengan senam pendahuluan TRE yang wajib dilakukan oleh semua peserta.  Gerakan gerakan senamnya mirip dengan Yoga.  Sederhana namun sungguh sebuah stretching yang efektif.



Setelah kami semua selesai mengikuti senam pendahuluan. Maka kami diminta untuk terlentang dan shaking.

Apa yang terjadi, paha dan kaki saya bergetar hebat, namun saya tetap sadar tidak trance. Semua wajar saja karena menggunakan kecerdasan tubuh kita.


Kami peserta melakukan shaking sebanyak tiga kali, masing masing shaking dilakukan selama 15 menit.



Sungguh sebuah pengalaman yang mengesankan. Karena ada beberapa peserta yang trauma-trauma masa lalu nya yang berupa trauma kejiwaan dapat terungkap. Mereka menangis tersedu sedu/ sesenggukan.  Karena secara tidak langsung, shaking ini juga membongkar semua trauma non fisik yang pernah kita alami.



Setelah selesai shaking maka kami semua berkumpul dan membagikan pengalaman kami mengalami shaking. Ada yang belum berasa apa-a[a, ada yang nafasnya jadi lega, ada yang teringat suatu peristiwa di masa lalu yang sebenarnya dia sudah melupakannya.



Saya pribadi merasakan bahwa ketika bersila kaki saya sudah tidak lagi kesemutan, dan telapak kaki kanan yang sakit ketika menapak kini sudah sembuh langsung setelah mengikuti shaking.



Tetapi saya masih skeptis, benarkah saya sembuh atau hanya sugesti belaka. Maka saya menunggu selama beberapa hari dan ternyata rasa sakitnya lenyap dan tidak kambuh lagi.



Dan setelah bergabung dalam group alumni TRE, kami mendapatkan pencerahan pencerahan baru karena teman-teman berserita tentang pengalamannya mengikuti TRE.



Saya terus melakukan Shaking TRE dua hari sekali, masing masing 15 menit.  Gerakannya pun bisa berubah ubah sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kita nggak bisa mereka-reka gerakan shakingnya, sebab tubuh lebih tahu manakah bagian nya yang butuh digetarkan.



Getaran masing-masing orang juga tidak bisa sama, ada yang sampai bergulung-gulung kesana kemari, ada yang menghentak-hentak mengangkat punggungnya, ada yang slow slow saja.  Masing masing sesuai dengan kebutuhannya.



Dan manfaat lain yang saya rasakan adalah dalam hal tingkat emosional yang lebih terkendali dan kebranian mengambil inisiatif dalam berbagai hal lebih meningkat.



Setiap bulan kami mengadakan gathering di Hotel untuk melakukan shaking bersama dan sharing, serta diisi materi materi kesehatan dari Bp. Gobind Vashdev pelatih kami.



Sangat menarik dan bermanfaat.  Siapapun Anda pasti memerlukan TRE ini, jangan tunggu lama-lama, jika Anda berminat bisa cek ke Instagram TRE Indonesia dan pantau di kota mana Seminar dan Workshop TRE akan diadakan.



Mari segera bergabung !

Kinemaster

Belajar bikin video dengan smartphone sungguh mengasyikkan.
Ada banyak hal bisa dilakukan disana
Bisa bikin iklan mini, bikin undangan, bikin wawancara dan sebagainya.

Saya belajar memakai aplikasi gratis yang bagus menurut saya, namanya Kinemaster.
Bisa dipakai di Android dan iOs
Saya sendiri mencobanya di Android

Bisa kasih title, efek, dubbing, musik latar belakang, memotong, menyensor, menambah teks, menyambung adegan, dan banyak lagi.

Sungguh sebuah kesempatan yang baik jika saat itu dalam waktu 5 jam bersama pak Didien dari OMP bisa memahami dengan komperhensip dan cepat.
Terutama fungsi-fungsi pokok aplikasi itu.
Yang lainnya bisa dipelajari sambil jalan.

Thanks Digital Marketing Club
Thanks juga Kampoeng Kopi Sambisari, makan dan suasana gerimisnya oke bingit.

Anda tertarik ?
 ikuti Instagram pak Didien di "ompworkshop"

Artis kawin cerai

Agak sulit menghapus stempel kawin-cerai dari public figure yang namanya Artis

Belakangan pasangan yang ideal tak banyak digosipkan pun juga mengalami badai perceraian. Sementara anaknya juga masih kecil untuk menerima kenyataan orang tuanya berpisah.

TUHAN menciptakan berpasang-pasangan
tetapi manusia lebih suka melepas pasangan.

Kadang mereka larut dalam konfliknya sendiri.
Orang tua takut dikira banyak ikut campur.
Teman juga takut dikira ikut mengatur.

Namun bilamana seorang punya komunitas.
Misal pasutri punya kawan dekat yang seiman dan dapat dipercaya, bertanggung jawab. 
Sebuah tempat dimana mereka bisa mencurahkan problem hidup, tanpa harus saling menghakimi.
Berbagi hidup tanpa saling menggurui.

Betapa indahnya jika solusi bisa sama dicari.
Perpisahan bisa dicegah.
Karena solusi teratasi sebelum mereka meledak menjadi prahara.

Pentingnya komunitas pasangan muda yang diikat dalam lingkaran kepercayaan berdasar iman/agama yang sama.
Supaya mereka punya solusi yang sama dalam menyelesaikan nya menurut aturan agama-nya

Adanya pembimbing senior, alim ulama juga banyak membantu pasangan-pasangan muda melihat problema dengan jernih.

Jika kita mempersalahkan mereka yang bercerai, pertanyaannya adalah :"Apa peran  kita yang sudah dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya perpisahan?"


Hingar bingar

Menjelang pemilihan presiden
lingkungan seakan berwarna
bendera warna-warni
spanduk warna-warni
slogan macam-macam
tetapi sesungguhnya kita enggan berbeda
yang berbeda adalah "musuh"
itulah yang ditanamkan kepada kita

yang berwarna
yang berbeda
sesungguhnya hanya yang nampak di mata
hati kita tertambat pada satu saja

itulah yang nanti terbaca
pada hari yang ditentukan

Konsisten

Konsisten... kata itu

Setiap partai maunya punya kader yang konsisten.
Ajeg memperjuangkan kepentingan partainya.

Ada juga yang konsisten.
tapi untuk hal buruk
yaah hal buruk bisa juga konsisten...
konsisten tidak menghargai karya pemerintah
konsisten menganggap presiden berbohong
konsisten nyinyir terhadap semua hasil pembangunan

konsisten BODOH sebut saja begitu
matanya picik
tak pernah melihat luas
seperti katak terinjak kaki gajah
bukan sekedar tempurung yang masih berbentuk

tapi presiden konsisten
bekerja tanpa prasangka
berjuang melihat peluang
gigih tanpa pamrih

bangsa lain mengakui karyanya

dan apakah tuhan allahmu mengajarkan demikian?

Tenang kembali

Jika semua notifikasi dimatikan
lalu kapan kita mendapat pemberitahuan?

Kecepatan informasi 
Seakan-akan menyukakan kita
Mengetahui lebih awal, rasanya sebuah kenikmatan.

Tapi kita tak lagi bisa tenang
Sebentar-sebentar "ting..."
Ini mendorong jantung lebih sering berdegup

Kita tak lagi tenang
Yang dahulu dikejar-kejar
kini justru mengejar-ngejar

Dan TENANG itu menjadi barang mewah
Kita perlu TENANG kawan...