Terobosan Allah, terobosan Daud

Bahan bacaan : I Tawarikh 14 : 8- 12
Mari kita merenungkan tentang bagaimana Daud mengalahkan Bangsa Filistin.
Diceritakan disana bahwa bangsa Filistin menyerang Daud yang baru saja diurapi Allah untuk memimpin Israel sebagai Raja. Singkat kata Allah memberikan kemenangan buat Daud atas bangsa Filistin. Ada hal-hal menarik disini yang bisa kita pakai sebagai refleksi bersama terutama untuk kita yang bekerja sebagai pemimpin sekaligus pelayan
Saya lantas menghubungkan sedikit dengan jaman pemerintahan sekarang ini. Ketika Presiden itu belum benar benar terpilih dan dilantik sebagai Presiden, maka kekuatan lawan belum benar benar Nampak dan memunculkan diri. Baru setelah seseorang terpilih menjadi presiden maka segera saja kekuatan oposisi yang dengan dalih mengkritisi akan segera muncul. Entah apakah benar benar mengkritisi atau sekedar mengacau atau berpikir untuk menjatuhkannya.

  • ·       Ternyata orang yang diurapi Tuhan tidak lepas dari permasalahan juga. Lihat 14:8 Jangan berpikir bahwa orang yang dekat Tuhan selalu baik-baik saja. Kurang dekat apa Daud dengan Tuhan? Tuhan tidak menjanjikan langit selalu biru namun kasihNya selalu nyata dalam segala keadaan kita
  • ·         Seorang pimpinan harus tajam pendengarannya. Sebab lawan juga mendengar lebih tajam. Lihat 14:8b.  Sesungguhnya bukan kita lalu memasang mata mata kita disetiap sudut kota, namun dengan tetap menjaga relasi intim dengan Tuhan. Kedekatan ini memberi kita kepekaan bukan saja kepakaan terhadap Allah tetapi juga kepekaan terhadap hal hal yang akan membuat kita celaka. Tajam mendengar juga sebagai sarana menyerap aspirasi orang-orang yang kita pimpin. 
  • ·         Seorang pemimpin tidak boleh gentar menghadapi permasalahan. Daud langsung maju menghadapi mereka ( Filistin ). Filistin maju dengan pasukan penuh. Dalam NIV dituliskan bahwa Filistin datang dengan Full Fore, pasukan penuh. Tetapi tak satu langkahpun membuat Daud bergeming
  • ·         Seorang pemimpin harus dekat dengan Tuhan dan bertanya kepadaNya sekalipun dia merasa kekuatannya mampu menghadapi permasalahan tsb. Daud mungkin sudah cukup handal dalam menghadapi musuh karena dia berlatar belakang seorang gembala. Ditambah pengalamannya saat melawan Goliat. Daud tidak lupa memanjatkan doa kepada Tuhan dalam bentuk pertanyaan? “Apakah aku harus maju melawan orang Filistin?”. Bukan perhitungan teknis diatas kertas yang diajukan Daud kepada Tuhan. Bukan urusan jumlah pasukan yang dipermasalahkan Daud kepada Tuha. Tetapi sebuah pertanyaan mendasar apakah aku harus maju atau tidak. Bagi Daud pertanyaannya itu penting, sekaligus menunggu pernyataan Allah atas pertanyaannya.
  • ·         Seorang pemimpin bertindak dengan cepat segera setelah dia mendengar jawaban Allah. Kecepatan bertindak seringkali diperlukan dalam mengatasi berbagai masalah kepemimpinan. Membiarkan sebuah masalah berlarut larut membuat sebuah kepemimpinan kehilangan momentum untuk menyelesaikannya. Demikian juga dengan Daud, dia memukul kalah Filistin di Baal Perasim. Sungguh kita melihat segala sesuatunya berjalan lancar tanpa hambatan berarti, Daud menyelesaikan perang itu dengan baik. Bahkan dituliskan di ayat 11b bahwa Allah menerobos musuh melalui tangan Daud seperti air yang menerobos ( break out ). Sepertinya kekalahan Filistin sangat telak dan hantaman yang dialaminya sangat keras. Bahwa terobosan yang dilakukan Allah tetap melalui perantaraan Daud sebagai Raja yang sudah diurapi.

Mari kita meneladani Daud sebagai raja yang diurapi Tuhan. Kita minimal menjadi pemimpin bagi diri kita sendiri, bagi keluarga kita atau mungkin lebih luas lagi dalam pelayanan di Gereja atau ditengah pekerjaan kita




Tidak ada komentar:

Posting Komentar