REUNI : rabuk bagi jiwa

 

PESERTA REUNI 2022

Jumat 22 Juli 2022 adalah tanggal yang dinantikan oleh temen-temens saya khususnya Lulusan SMA Widya Wacana Solo tahun kelulusan 1986.  Mengapa? Sebab tanggal tersebut adalah hari dimana kami akan bertemu dalam sebuah perhelatan yang mengasyikkan; sebuah reuni.   

Sebenernya reuni dari angkatan 86 ini sudah kedua kalinya diadakan, yang pertama adalah tahun 2012 saat itu di adakan di Resto Layar seputaran setabelan Solo. Lalu 10 tahun kemudian diselenggarakan lagi di Solo tepatnya di Griyane Mbah Wongso, sebuah resto yang cukup luas untuk kami berkumpul, mendekati jumlah 100 orang sih targetnya. KALI ini reuni mengusung tema besar Ojo pedhot paseduluran ( jangan sampai putus persudaraan). Setelah melalui persiapan sekian bulan, tak kurang 3 bulan para panitia terutama yang tinggal di Solo mati-matian dengan segenap hati dan fokus merencanakan acara luarbiasa ini dengan teratur. Maka terselenggaralah acara 22 Juli 2022 tersebut.

Reuni ini juga mampu menghadirkan para mantan Guru sekolah kami, yang tak pernah jadi mantan guru kehidupan kami. Antara lain mereka adalah : Bapak Suhardi (guru Kimia), Bapak SH. Kristian Gumono ( Guru biologi ), Ibu Lidya Indarni ( guru matematika ) dan ibu Andriyati ( guru bahasa Inggris ), Bapak Mamik Slamet Ruwadi ( guru Bahasa Indonesia ).  Semua guru tersebut pernah mengajar kami semua, bahkan dalam sambutannya bu Indarni sangat bersyukur sebab pengalaman mengajar kami ternyata sangat membekas, karena saat itu adalah tahun pertama beliau mengajar di SMA Widya Wacana Mertolulutan.

KELAS 3IPA 2

Kelas saya sendiri yaitu 3A2 hanya bisa hadir 13 orang, sesungguhnya beberapa orang sudah menyanggupi hadir namun dikarenakan beberapa hal, mereka batal hadir.

Dalam reuni kali ini saya merasakan lebih meriah dan lebih teratur sehingga suasana reuni bisa dirasakan.   Sekalipun hanya berlangsung beberapa jam ( jam 17.00-22.00) setidaknya bisa menjadi pengobat rindu bagi kami semua yang hanya berjumpa lewat grup-grup WhatsApp.

Beberapa orang yang saya jumpai sudah nampak lebih tua dan saya memerlukan waktu untuk mengingatnya. Ada yang bertambah gemuk, ada yang menjadi kurus, ada yang menjadi unik, ada yang kurang lebih sama. Menarik juga untuk me recall kembali memori yang pernah ada sekian puluh tahun yang lalu.

Rata-rata usia kami adalah 54-56 tahun, sebuah angka yang dikatakan bukan lagi anak kemaren sore. Sebagian teman-teman yang saya jumpai sudah mulai pensiun, khususnya mereka yang bekerja pada instansi baik swasta atau pemerintah. Ini merupakan suatu babakan baru bagi mereka yang akan pensiun. Karenanya memang harus benar-benar mempersiapkan mental dan fisik, finansial dan perencanaan pekerjaan setelah pensiun.  Karena Life must go on, kehidupan masih terus berlangsung, ada yang masih menyekolahkan anaknya, ada yang harus mementaskan dalam arti menikahkan anaknya dan sebagainya.

Inilah dinamika kehidupan yang dialami oleh orang-orang paruh baya seperti saya. Semoga kita diberikan kekuatan dan kesehatan sehingga mampu menanggung segala yang Tuhan sudah sediakan.

Salam sehat selalu, tetap bertahan di masa krisis. Tuhan beserta kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar